Langsung ke konten utama

Kekanak-kanakan

Hari ini aku banyak melaksanakan rencanaku yang seharusnya aku lakukan kemarin tetapi gagal. Rencanaku pada hari Rabu itu sebenarnya ingin pergi ke Transmart jam 14.00 WIB, namun Sintya dan Ilma sama-sama sedang tidur jadi acaranya batal. Aku sebenarnya si yang salah kenapa aku harus ngomong ke mereka aku mau ke Transmart. Aku yang pada dasarnya gak suka ngerepotin orang jadi malah ngerepotin mereka. Jadi setelah mandi aku berpikir untuk menyampaikan apa yang aku pikirkan ke mereka bahwa aku bisa ke Transmart sendiri dan aku gak papa. Tapi Sintya memaksa bahwa dia dan Ilma mau mengantar aku.

Setelah itu aku menyetujuinya untuk mengantarku ke Transmart keesokan harinya, hari Kamis jam 09.00 WIB. Sebenarnya aku sudah pesimis Sintya akan menepati janjinya karena dia selalu begitu. Kalau masalah suruh nganter yang bukan urusannya dia, dia selalu menggampangkan. Sampai ketika pagi itu aku terbangun dan melihat Sintya masih bangun dan memainkan gawainya. Ternyata dia tidak bisa tidur karena semalam meminum kopi. Ketika itu aku sudah memikirkan kemungkinn terburuk, ya hari ini jadwalnya akan mundur atau yang ke Transmart hanya aku dan Ilma.

Saat bangun pertama kali itu aku masih ngantuk sehingga kuputuskan untuk tidur lagi sebentar. Setelah aku bangun lagi sekitar pukul lima kurang 15 menit, Sintya masih memainkan gawainya dan belum juga tidur. Kemudian aku putuskan untuk sholat subuh. Setelah mengambil air wudhu, aku menyarankan Sintya untuk tidak memainkan gawainya dan berhitung supaya dia bisa tidur.

Aku tau titik-titik dimana dia akan marah kalau aku menyebut-nyebut bahwa hari ini kita akan pergi ke Transmart dan membeli gelato sehingga aku sama sekali tidak membicarakannya. Selesai sholat aku lihat dia sudah mulai bisa melepas gawainya dan berusaha untuk tidur. Setelah ngaji aku sebenarnya ingin segera mandi namun memikirkan Sintya yang baru bisa tidur pada pukul lima aku mengurungkan niatku untuk mandi dan kembali tidur. Pada pukul setengah 8 akhirnya aku mandi dan di kamar mandi aku berusaha mencari solusi terbaik untuk Sintya supaya tidak menyakiti hatinya. Aku memikirkan cara terbaik supaya aku bisa menawarkan pilihan-pilihanku dan memilih kata-kata yang halus untuk menyampaikan padanya.

Mungkin solusi terbaik untuknya adalah ketika aku akan menunggunya sampai dia sudah bisa bangun dan mandi dan ikut bersamaku ke Transmart dan gelato bersama Ilma, pikirku. Namun, di sini solusi terbaik bagiku bukan itu. Solusi terbaik bagiku adalah sesuai perjanjian karena banyak faktor siang nanti yang bisa terjadi. Seperti kemarin Rabu kami ketiduran dan sorenya malah hujan. Jadi aku putuskan untuk tetap pergi pagi ini dan tetap manawarkan pilihan-pilihan lain selain harus menunggu Sintya siap.

Dengan berbagai kalimat yang sudah diperhalus, aku menawarkan pilihanku ke Sintya yaitu yang pertama, apakah dia mau ikut (pilihan yang sangat sulit buatku kalau dia berkata ya dan kita pasti akan mengubah waktu atau memundurkannya). Yang kedua, aku pergi sendiri (sebenarnya tidak mungkin karena Ilma sudah mandi dan pasti siap untuk menemaniku ke Transmart). Yang ketiga aku sendiri tapi tidak ke gelato (ke gelato di lain hari, jadi cuma ke Transmart). Dan dia memilih tidak ikut. Pilihan yang menyenangkan dan menguntungkan sebenarnya buat aku tapi memang nyesek. Karena dia yang menawarkan untuk menemani padahal sudah kutolak dan pada akhirnya dia yang membatalkan.

Di situ jiwa kejulidanku kutekan supaya tidak menguar-uar. Dia melakukannya lagi, batinku. Aku pernah mengantarkannya untuk pergi membuat alat di bengkel tapi akhir-akhir ini aku selalu menolaknya karena aku masih punya banyak tugas untuk diselesaikan. Skripsiku jauuh di bawah dia. Aku benar-benar keras untuk menolak ajakannya lagi. Dia kalau mengajak seseorang itu yaa seenaknya dia aja dan dia berusaha berbuat baik kepadaku tapi dengan nada dibuat-buat dan tidak wajar yang membuatku sedikit jijik. Tapi aku berusaha untuk menahan segala kejijikan dengan nada yang dibuat-buat itu. Tidak perlu membuat nada-nada seperti anak kecil itu. Cukup ucapkan terima kasih sudah cukup buat aku.

Akhirnya aku pergi dengan Ilma. Dia bilang kepalanya pusing tapi dia malah gak tidur lagi. Hari ini semoga tidak membuat wajahku berjerawat karena aku sedang menahan segala kejulidan hingga malam ini.

Sorenya pada pukul lima aku dan Ilma berbincang untuk menentukan mau makan apa. Di situ yang membuat aku dan Ilma tertohok yang akhirnya membuat kejulidanku keluar adalah ketika dia dengan seenaknya menyuruh aku dan Ilma untuk beli makan apa yang dia mau. Bayangkan saja, dia memberikan dua pilihan yang mana mengantrinya sangat lama. Jelas aku menolaknya. Ilma di situ juga posisinya sedang sakit kepala. Dengan sangat kekanak-kanakannya dia menutup telepon. Aku tau sekarang dia sedang tidak diaktifkan untuk online nya di Whatsapp. Aku sudah berusaha nge-chat dia tapi nihil. Aku dan Ilma sampe geleng-geleng kepala. Dan yang paling parah lagi adalah dia BELUM MANDI padahal sedari tadi dia tidak melakukan apa-apa.

Pada akhirnya aku yang mengalah untuk membelikan makan Ilma dan Sintya sendirian. Betapa nelangsanya hatiku. Malam ini aku sedih dan pingin nangis. Kenapa ada orang yang kayak aku? Berusaha memberikan pilihan-pilihan yang tidak menyakiti hati orang lain namun membiarkan hatinya sendiri tersakiti. Sejak kapan aku menjadi terlalu baik pada orang lain dan jahat kepada diri sendiri?

Aku belajar dari kejadian hari ini. Pilihan manapun yang aku beri tapi tidak sesuai dengan keinginan orang tetap akan membuatnya tidak puas dan tersakiti. Terlalu baik pada orang lain dapat menyakiti diri sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Patah Hati

Malam ini hujan seperti mataku... Entah aku memikirkan apa. Tapi aku sungguh tak bermaksud untuk memikirkanmu. Hanya otakku ini.. Otakku ini dia yg kurang ajar mengingatkanku dengan kenyataan sebenarnya tentangmu. Kamu tak akan jadi milikku. Selalu aku tahu. Jangan berharap terlalu banyak. Hatiku mulai bergetar.. Dia menyukai seseorang yg lain di luar sana. Dan aku terbangun dari kasurku. Hatiku terasa sakit. Seperti tertimpa beban yg sangat berat. Aku tak tahu. Aku tak bisa belajar juga. Aku memikirkanmu. Dan air mata itu menetes tak henti. Hatiku... Aku merasa sedang tidak baik. Aku membenci ini. Aku mengeluh, kenapa aku harus begini? Aku merasa down. Ahhh, aku tak tau apa lagi yang mesti aku ungkapkan. Aku sudah jatuh dan untuk menghilangkan perasaan itu tak semudah untuk membalik telapak tangan. Aku.. Sedih... Dan tak mau begini lagi. Mungkin cukup...

Jadi Bertahanlah

Hari ini adalah hari Minggu dan besok hari Senin. Sedih sekali masih belum berubah dari kebiasaan lama belum jadi tugasnya. Bab 1 dan bab 2 untuk skripsi. Aku gak tau apakah usahaku hari ini sudah maksimal atau belum tapi setiap hari kayak gini. Aku rasanya mau nyerah aja. Aku pingen hari besok diskip aja bisa enggak ya. Besok Senin kegiatanku banyak. Mau nyetrika, nyuci, nyapu, dan lain-lain. Sorenya juga pingen aerobikan tapi hari besok gak ada temennya. Semua temen udah pulang kecuali Sintya. Apa besok aku berangkat aerobikan sendiri. Tapi tanpa mereka bakalan sepi banget. Hari ini PIF XXX dilaksanakan penyisihannya. Ketemu Miss Nia yang lagi-lagi menyanyakan skripsi. Diunderestimate orang lagi, sudah biasa. Aku aja sering underestimate diri sendiri. Jadi ketika udah ngomongin skripsi aku berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. Sebenere sedih tapi Miss Nia adalah satu-satunya guru yang paling membekas di hati. Jadi sesakit apapun Miss Nia nyindir dan menyakiti aku, gak baka